Sidoarjo, 27 Juli 2024 – Dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi impor beras, Gerakan Pembaru (GP) telah meluncurkan inisiatif smart farming di Desa Plaosan, Kecamatan Wonoayu. Kolaborasi dengan organisasi riset Teknik Elektro Universitas Airlangga, Imercy Unair, telah membawa teknologi canggih ke lapangan untuk membantu petani lokal.
Kami dari Gerakan Pembaru telah lama memperjuangkan kesadaran lingkungan dan kemutakhiran teknologi dalam pertanian. Dengan demikian, kami berharap dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Melalui proyek ini, kami berencana untuk mengembangkan sistem monitoring tanah yang menggunakan tenaga surya dan teknologi IoT untuk memantau kesehatan tanah sawah secara real-time.
Percobaan kami dimulai dengan memasang alat sensor di sawah Desa Plaosan. Alat ini mampu membaca berbagai parameter seperti kelembapan tanah, pH tanah, Nitrogen, Fosfor, Kalium, konduktivitas hidrolik tanah, dan temperatur tanah. Para petani yang hadir sangat antusias dengan adanya alat baru ini, karena mereka dapat memantau kesehatan tanah sawahnya secara langsung.
Kami juga mengadakan edukasi dan pelatihan bagi para petani tentang cara menggunakan sistem monitoring ini. Dengan demikian, mereka dapat memahami bagaimana data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk memperbaiki teknik pertanian mereka. Kami percaya bahwa dengan pengetahuan yang lebih baik, mereka dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksi.
Visi kami di Gerakan Pembaru adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai manusia yang memberikan kebermanfaatan bagi orang lain dan alam. Kami berkolaborasi dengan berbagai pelaku seperti pemerintah, akademisi, LSM, dan sebagainya untuk menjaga kestabilan lingkungan dan melakukan riset pengembangan teknologi lingkungan.
Pengaruh kemutakhiran teknologi dalam pertanian sangat signifikan. Dengan menggunakan alat sensor dan sistem monitoring, petani dapat memantau kondisi tanah secara akurat dan memilih waktu yang tepat untuk melakukan perawatan tanah. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, serta menekan atau mengurangi impor padi dari negara lain.
Namun, kami juga menyadari bahwa masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Indonesia mengalami kelangkaan beras akibat kemarau panjang, perubahan iklim, konflik geopolitik, dan pandemi. Oleh karena itu, kami berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendorong produksi beras nasional dan menekan impor beras.
Dengan demikian, Gerakan Pembaru berharap dapat menjadi contoh bagi komunitas lainnya untuk mengadopsi teknologi canggih dalam pertanian. Kami percaya bahwa dengan kerja sama dan dedikasi, kita dapat mencapai visi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menjaga keberlanjutan lingkungan.